MANOMU (MENJEMPUT)

 

Salah satu kenangan masa kecil ku yang membekas hingga saat adalah kegiatan “manomu”. Aku tak pernah tahu apakah kebiasaan ini ada di tempat lain, atau hanya kami yang melakukannya, tapi bahkan aku belum pernah dengar hal ini dilakukan oleh teman-teman ku yang sama-sama berasal dari Tarutung.

Sebagaimana masyarakat tapanuli dan sekitarnya, hari pasar (onan) itu hanya dilakukan pada hari-hari tertentu. Di Tarutung misalnya, hari pasar diadakan 2 kali dalam seminggu. Hari rabu pekan kecil dan hari sabtu pekan besar. Beda tempat beda hari pasar, di Siborongborong hari pasar nya jatuh di hari selasa, sementara di dolok sanggul jatuh di hari Jumat, dan daerah-daerah lain punya jadwalnya sendiri.

Hingga tahun 2000, keluarga ku tinggal di huta Bona Ni Onan yang secara administratif masuk wilayah desa Sait Ni Huta kecamatan Tarutung Tapanuli Utara. Posisi kampung ini cukup jauh dari jalan besar yang biasa dilewati oleh angkutan umum, mungkin sekitar 2km masuk ke dalam walaupun jalanan bisa dilalui kendaraan roda empat. Biasanya saat hari pasar yang jatuh di hari sabtu, supir angkot yang masih terbilang satu kampung atau satu gereja, berbaik hati mengantar sedikit agak ke dalam, walaupun tidak sampai ke dalam kampung kami. Para mamak-mamak yang pulang berbelanja akan diturunkan di sebuah warung kelontong yang kami sebut dengan Lapo Rem.

Kami anak-anak kecil usia anak SD punya tugas untuk menjemput (manomu) mamak kita yang pulang dari pasar, hanya sekedar membantu membawa beberapa barang belanjaan.

Karena di hari sabtu jam pelajaran biasanya lebih pendek, kami biasanya sepulang sekolah sudah tidak sabar untuk manomu. Umum nya kami sangat senang disuruh manomu, karena bisa bermain dengan teman-teman tanpa diawasi. Selain itu juga, motivasi lain adalah biasanya mamak pulang dari pasar akan membawa kue berupa jajanan pasar atau kue talam yang enak dan legit itu.

Aku sendiri selalu menantikan hari sabtu dan kegiatan manomu. Biasanya pulang sekolah sekitar jam 12 siang, aku sudah berangkat ke Lapo Rem, padahal mamak diperkirakan baru pulang sekitar jam 4 sore. Tapi aku senang, karena biasanya sambil menunggu kami akan bermain bola atau memancing di sungai di belakang Lapo Rem. Opung yang tau akal bulus ku sering kali melarang ku berangkat terlalu cepat, tapi biasanya aku akan kabur karena ku tahu opung tidak akan benar-benar marah.

Sepanjang menunggu, kami biasanya memainkan permainan-permainan tradisional. Justru kadang kita sedikit kecewa kalau permainan harus berakhir karena mamak keburu datang.

Namun sejak keluarga ku pindah rumah, kegiatan manomu tidak lagi pernah aku lakukan. Dan tampaknya sekarang kegiatan itu sudah tidak ada, karena para mamak-mamak sudah diantar jemput naik kendaraan bermotor atau setidaknya sudah naik becak motor yang mengantar sampai depan rumah.

Kadang saat saya berbelanja keperluan sehari-hari, angan ku tiba-tiba kembali ke masa-masa itu. Ada sedikit hasrat untuk kembali mengulang kenangan manis itu, tapi jelas tidak mungkin, meskipun seperti kata NH Dini, orang dewasa terkadang ingin kembali dan mengulang masa lalu nya walaupun itu tidak mungkin.

 

***

Depok, 3 Mei 2019

 

About the Author

The Stress Lawyer

The Stress Lawyer adalah plesetan dari Buku nya John Grisham yang berjudul “The Street Lawyer”. Author merupakan Lawyer yang memulai karir nya sebagai pengacara bantuan hukum. Blog ini berisi tulisan suka-suka atas isu-isu terkini, sastra dan filsafat yang disajikan dalam bahasa yang renyah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *