St. Agustinus, seorang filsuf dan teolog besar dari abad ke-4, dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam sejarah filsafat Kristen. Pemikirannya yang mendalam tentang hubungan antara iman dan akal serta pencarian kebenaran terus memberi pengaruh besar dalam tradisi intelektual Barat. Filsafat St. Agustinus sering dipandang sebagai jembatan antara filsafat Yunani kuno, khususnya gagasan Plato, dan teologi Kristen, dengan upaya untuk memadukan pengetahuan rasional dan keyakinan religius.
Salah satu tema sentral dalam filsafat Agustinus adalah konsep tentang Tuhan dan penciptaan. Agustinus memandang Tuhan sebagai kebenaran yang mutlak, sumber segala yang ada, dan penggerak utama alam semesta. Dalam pandangannya, Tuhan menciptakan dunia dari ketiadaan (creatio ex nihilo), dan alam semesta bukan hanya ciptaan material, tetapi juga memiliki dimensi spiritual. Manusia, sebagai makhluk ciptaan, memiliki akal budi dan kehendak bebas yang memungkinkan mereka untuk mengenal Tuhan dan memilih antara yang baik dan jahat.
Pencarian kebenaran merupakan hal penting dalam filsafat St. Agustinus. Ia berpendapat bahwa manusia diciptakan dengan keinginan bawaan untuk mencari kebahagiaan sejati, yang hanya dapat ditemukan dalam Tuhan. Menurut Agustinus, kebahagiaan duniawi bersifat sementara dan ilusi, sementara kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai melalui hubungan yang mendalam dengan Tuhan. Dalam karyanya yang terkenal, Confessiones, Agustinus menggambarkan perjalanan spiritual pribadinya dalam mencari makna hidup dan kebenaran sejati, yang berakhir dengan penemuan iman Kristen.
Agustinus juga memberikan perhatian besar pada masalah kejahatan dan penderitaan. Baginya, kejahatan bukanlah sesuatu yang diciptakan Tuhan, tetapi merupakan ketidakhadiran kebaikan atau penyimpangan dari tatanan yang ditetapkan Tuhan. Kehendak bebas manusia adalah faktor utama dalam adanya dosa dan kejahatan, karena manusia bebas memilih untuk menjauh dari Tuhan. Dalam pandangan ini, kejahatan bukanlah kekuatan yang independen, melainkan akibat dari penolakan terhadap kebaikan ilahi.
Filsafat St. Agustinus menekankan bahwa akal budi manusia harus tunduk pada iman, tetapi keduanya tidak saling bertentangan. Bagi Agustinus, iman memberikan dasar bagi pengetahuan, dan akal digunakan untuk memahami serta mendalami kebenaran yang diwahyukan oleh Tuhan. Dengan pendekatan yang memadukan iman dan akal, St. Agustinus menjadi salah satu pemikir yang paling berpengaruh dalam membentuk tradisi filsafat dan teologi Kristen, dengan warisan pemikirannya yang terus hidup hingga hari ini.